Tren Jeans Kumel, Jorokkah?

Pengguna fading jeans sedang berkumpul. (www.instagram.com/hamzahotae)

Apakah kalian pernah melihat di sekitar ada yang memakai jeans kumel? Ataukah kalian bagian dari yang memakai jeans tersebut? Menganggapnya jorok? Simak dulu penjelasan berikut ini.

Sejarah jeans

Jeans adalah suatu gaya yang tak lekang oleh waktu. Jeans merupakan sebuah produk dari bahan denim. Sementara denim merupakan bahan dari jeans itu sendiri. Mengutip dari laman darahkubiru.com, pemakai jeans pertama kali adalah penambang emas di California. Denim berasal dari  kata Serge de Nimes yakni nama sebuah kota di Perancis. Sedangkan jeans berasal dari kata Genoese, sebutan bagi para pelaut Italia yang memakai baju biru saat melakukan pelayaran. Tanaman indigo adalah tanaman yang berperan dalam keberadaan warna biru yang terdapat di jeans, yang mana tanaman tersebut telah digunakan sejak 2500 tahun sebelum masehi.

Siapa yang tidak mengenal merek jeans bernama Levi Strauss & Co. atau lebih dikenal dengan nama Levi’s alias Levis alias Lepis (kalau kata orang Sunda). Levi’s merupakan pioneer atau penggagas dari penggunaan jeans di kalangan penambang emas sejak tahun 1850-an. Berkembangnya zaman, juga berpengaruh terhadap munculnya berbagai macam merek jeans pun juga dengan berbagai macam teknik finishing dari jeans itu sendiri. Pada mulanya, bahan jeans yang dijual masih berbentuk raw, atau dengan kata lain setelah melewati proses pewarnaan dan penenunan, jeans langsung dijahit dan  dijual ke pasaran. Proses ini menyebabkan denim berwarna biru pekat dan akan memudar dengan sendirinya seiring berjalannya waktu. Jeans jenis raw inilah yang sejak tahun 2009 mulai banyak digunakan di Indonesia.

Kampanye Nudie Jeans Co.

Tren jeans kumel atau bahasa kerennya adalah fading jeans adalah suatu tren yang dipopulerkan oleh merek jeans asal Swedia yakni Nudie Jeans Co. Mereka mengampanyekan kepada para pengguna jeans untuk tidak mencuci jeans-nya minimal enam bulan sampai satu tahun sejak pemakaian pertama agar mendapat efek pemudaran yang artistik. Tren tersebut yang menyebabkan para pengguna raw jeans berbondong-bondong untuk tidak mencuci jeans mereka selama minimal enam bulan. Tak terkecuali dalam ruang lingkup Himpunan Mahasiswa Geologi. Banyaknya pengguna fading jeans secara tidak langsung merepresentasikan jiwa dari mahasiswa Geologi yang berjiwa ‘petualang’. Dengan tampilan sedikit kumel, fading jeans ini cocok dipadupadankan dengan pakaian apa saja. Mulai dari kaus, kemeja, serta kaus polo, dan itu semua akan cocok disandingkan dengan sepatu boots maupun sepatu kasual.

Jumlah bakteri pada celana jeans

Lalu, apa gak banyak tuh bakteri yang bersarang di celananya? Dilansir situs wolipop.detik.com, bahwa seorang mahasiswa di Universitas Alberta, Kanada, Josh Le dibantu sang profesor, Rachel McQueen melakukan eksperimen terhadap jeans milik Josh. Josh tidak mencuci jeans-nya selama 15 bulan lalu diukurlah bakteri yang bersarang di celananya. Setelah itu, ia mencuci jeans-nya dan kembali mengenakan selama dua minggu berturut. Lalu apa hasilnya? Bakteri yang ditemukan dengan sampel jeans 15 bulan tanpa dicuci dengan sampel 2 minggu tanpa dicuci adalah hampir sama, yakni 8.500-10.000 sentimeter persegi pada bagian selangkangan, dan tak ada satupun di antaranya yang berbahaya.

Jadi, mencuci jeans dengan ingin mendapatkan jeans yang lebih segar ataupun tidak mencucinya dalam kurun waktu yang lama pun tidak ada bedanya dalam jumlah bakteri yang bersarang di dalamnya. Paling-paling hanya kena marah orangtua yang masih menganggap hal itu jorok. Tapi apapun pilihan kalian, selama tidak merugikan orang lain adalah pilihan yang terbaik.

 

(Ihsan Ahmadi Atmoko/Geocentric)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *