Berburu Sejarah di Pulau Buru

Tampak depan dari sampul novel Bumi Manusia cetakan ke-25. (M. Adib Izzudin/Geocentric)

Apakah kalian suka membaca? Apa yang kalian baca? Sastra lama atau sastra baru ? Bagi kalian yang menyukai sastra modern bernuansa klasik, silahkan baca artikel ini.

Sastra merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta ,Shastra, yang berarti teks yang mengandung instruksi atau pedoman. Sapardi (1979) memaparkan bahwa sastra itu adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium. Bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial. Sastra menampilkan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial. Sastra dalam perkembangannya terbagi menjadi dua jenis, yaitu sastra lama dan baru atau modern. Perbedaan yang paling umum adalah diketahui atau tidaknya pencipta sastra. Salah satu ciri sastra lama adalah tidak diketahuinya pencipta sastra, sedangkan sastra modern diketahui penciptanya, Pramoedya Ananta Toer salah satunya.

Pramoedya Ananta Toer atau akrab disapa Pram lahir di Blora pada hari Jumat, 6 Februari 1925. Pram adalah salah satu sastrawan besar Indonesia yang menghasilkan lebih dari 50 karya dan diterjemahkan dalam 41 bahasa asing. Walaupun dikenal sebagai sastrawan besar, hampir separuh hidupnya dihabiskan dalam penjara. Namun, penjara tak membuatnya berhenti berkarya. Bagi Pram menulis dan menciptakan sastra adalah tugas pribadi dan nasional. Salah satu karyanya yang sangat menarik adalah Bumi Manusia.

Bumi Manusia adalah salah satu karya Pram dan novel pertama dalam Tetralogi Pulau Buru. Bumi Manusia merupakan hasil karya sastra modern bernuansa klasik yang dapat memberikan imajinasi yang berbeda pada siapa saja yang membacanya. Pikiran pembaca akan menerawang mundur menerobos waktu untuk dapat membayangkan dan merasakan seolah dirinya hidup sesuai cerita dalam buku tersebut. Dua tokoh yang menjadi pemeran utama, yaitu Minke, pria pribumi anak dari gubermen di salah satu daerah di pulau Jawa, dan Annelies, wanita peranakan Indonesia Belanda yang kecantikannya dapat disandingkan dengan Sri Ratu Wilhelmina.

Jalan cerita yang unik disajikan Pram yang membuat pembacanya tidak dapat menahan senyum penasaran di wajahnya, dimana dengan pandainya ia menempatkan gaya perkenalan Minke dan Annelies yang tidak disangka hingga ketergantunggan Annelies akan keberadaan Minke. Akhirnya dua tokoh tersebut menikah tanpa mengetahui masalah apa yang akan merundung rumah tangga mereka. Benar saja satu persatu masalah datang untuk menggoyahkan rumah tangga mereka, hingga akhirnya  datanglah masalah terbesar, yaitu permasalahan hak waris keluarga Mellema. Masalah tersebut melumat habis rumah tangga Minke diakhiri dengan dibawanya jantung hati tokoh utama cerita ini, yaitu Annelies kembali ke Belanda. Hak waris keluarga itu pun memakan korban dengan adanya kematian Annelies karena kehilangannya semangat untuk menyongsong hari esok dan meninggalkan pertanyaan besar bagi pembacanya untuk kisah selanjutnya.

Kejeniusan Pram itu membuat Bumi Manusia menjadi bahan bacaan patut dibaca jaman sekarang. Kesegaran isi dan ide dapat memberikan warna hidup yang berbeda bagi pembacanya. Walaupun gaya bahasanya sulit dipahami, isi dari cerita Bumi Manusia akan mudah dipahami jika terus membacanya secara perlahan dan berulang. Bumi Manusia cocok untuk kalian yang menyukai sastra modern yang berbeda dari karya sastra modern lainnya.

Biarkan imajinasimu liar menerobos ruang dan waktu.

 

(Rijal Ghani Hafiyyan/Geocentric)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *