
Movie Title : Pad Man
Release date : 09 Februari 2018
Directed by : R. Balki
Produced by : Twinkle Khanna, SPE Films India, KriArj Entertainment, Cape of Good Films and Hope Productions
Written by : R. Balki and Swanand Kirkire (co-writer)
Based on : Short story The Sanitary Man of Sacred Land from novel The Legend of Lakshmi Prasad by Twinkle Khanna
Starring : Akshay Kumar, Sonam Kapoor and Radhika
Pad Man adalah film Bollywood dengan genre drama-komedi. Based on short novel The Legend of Lakhsmi Pasad, yang terinspirasi dari hidup Arunachalam Muruganantham, seorang yang memperkenalkan low-cost pad. Pertama kali liat posternya “masa sih film comedy kayak serius banget?” Tanpa membaca sinopsisnya dan ulasan sebelumnya, pasti nggak pernah kepikiran Pad Man itu film apa dan bagaimana jalan ceritanya.
Scene pertama film ini disambut dengan nyanyian ala bollywood. Sudah hal yang lumrah bagi yang pernah menonton film bollywood. Pemeran utama Lakhsmi, baru saja menikah dengan Gayatri. Singkat cerita, ketika lagi makan, tiba-tiba Gayatri terlihat sedikit shocked dan buru-buru keluar. Lakhsmi sebagai suami, seketika ingin menyusul Gayatri keluar tetapi ditahan oleh kakak dan Ibu Lakhsmi. Kakaknya berkata “It’s a girl thing.” Pasti bertanya-tanya girl thing apaan sih? Tadi Gayatri kaget, langsung keluar dan dia bilang dia kotor? Mau cuci tangan? Masa segitunya kaget kalau tangan kotor. Lakhsmi nggak mau membiarkan istrinya di luar sementara dia makan bersama ibu dan kakaknya. Di sinilah baru sadar, bahwa Gayatri itu sedang menstruasi. Masih nggak ngeh loh dengan judulnya padahal udah jelas itu mens x pad. Pad itu pembalut.
Kepercayaan di desa ini adalah kalau perempuan lagi menstruasi itu tidurnya di luar rumah! Jadi di luar rumahnya disediakan bangku buat tidur. OMG? Segitunya loh kepercayaannya warga desa yang menganggap kalau orang lagi menstruasi itu kotor dan nggak suci. Ketika lagi menstruasi mereka (baca: perempuan) nggak pakai pembalut karena pembalut super mahal! Jadi mereka memakai sejenis kain. Membicarakan menstruasi kepada lawan jenis dan pada khalayak umum itu sangat tabu. Jadi ya memang ‘It’s a girl thing’. Ketika Lakshmi liat istrinya tidur di luar dan pakai kain buat mens, dia merasa “gila ya istri saya masa sih pakai kain kotor.” Karena saking tabunya, kehigienisan kain menstruasi itu tidak dipertanyakan dan harga pembalut di sana sangat mahal.
Lakhsmi sang suami yang ingin mendapatkan sesuatu yang terbaik untuk istrinya langsung pergi beli pembalut buat Gayatri. Saat membeli pembalut, penjualnya ngumpet-ngumpet ngasih barangnya karena saking tabunya menstruasi itu, dan ya memang harga pembalut itu mahal. Sampai di rumah, Lakhsmi dimarahi Gayatri. Pembalutnya disuruh dikembalikan karena uang segitu bisa dipakai untuk keperluan sehari-hari lainnya. Gayatri nggak enak juga sama ibu mertua, nanti dicap inilah-itulah. Sedih, pembalut nggak bisa dibalikin tetapi inilah awal mulai perjuangan Lakhsmi membuat pembalut, makanya diberi judul “Pad Man”.
Saat membuat pembalut nggak sekali percobaan, tapi berkali-kali dan juga ditolak berkali-kali. Sampai Lakhsmi memakai pembalut itu buat mencoba his own pad. Perjuangan bikin pembalut dan tabunya tentang menstruasi di desanya ini membawakan hasil yang kurang baik sampai Lakhsmi hampir kehilangan keluarga dan harga dirinya. Perjalanan membuat pembalut membuat rasa lucu dan sedih sekaligus. Lucu, Lakhsmi ini orangnya sangat pekerja keras, tujuan dia membuat pembalut murah supaya istrinya nggak memakai kain ‘kotor’ lagi. As simple as that. Saking kerja kerasnya, dia nggak peduli sekitarnya, atau memang orangnya ya se ’lurus’ itu. Dia nggak peduli sama perkataan orang lain, jadi kelakuannya ini membuat lucu tapi sekaligus sedih yang membuat dipandang buruk di lingkungan tetapi dia tidak peduli.
Nah, perempuan di poster film ini bukanlah Gayatri alias istrinya! Loh jadi siapa dong? Makanya, kalian wajib banget nonton perjuangan Pad Man ini. Sangat menginspirasi dan memperlihatkan perjuangan seorang suami yang hampir kehilangan keluarga, uang dan harga diri di masyarakat demi mengembalikan ‘kehormatan’ istri tercintanya. Film ini tidak ada kesan ‘jorok’ karena bahasan pembalut, dan juga tidak ada embel-embel seperti iklan layanan masyarakat tertentu.
(Fauzia Aulia R./Geocentric)