Lebih Dekat dengan Naufal Si Animal Lover

Naufal Mohamad Rizki (20) atau biasa dipanggil Naufal adalah seorang pecinta hewan. Kecintaan Naufal dimulai ketika mengurus hewan peliharaan ayahnya, yaitu burung nuri. Dimulai dari membantu mengurus hewan peliharaan ayahnya, Naufal mulai menyukai hewan. Semenjak saat itu, Naufal diberi sepasang merpati oleh ayahnya. “Dari situ senang banget, awal punya hewan, merpati sepasang,” ujar Naufal, Senin (15/04/2019).

Semenjak itu, Naufal akhirnya mengurus dan merawat merpatinya hingga berkembang biak sampai 10 ekor. Namun saat itu, dikarenakan sedang  maraknya isu flu burung, dan Naufal tidak tahu merpati bisa terkena dampak flu burung, akhirnya semua merpatinya dipotong oleh ayahnya untuk dimakan.

Setelah memelihara merpati, Naufal mulai mencoba untuk memelihara hewan lain seperti hamster, kelinci, ikan dan lain sebagainya. Dari situ Naufal berpikir untuk mencoba memelihara hewan aneh, seperti musang, tarantula, atau tukik (anak penyu). Namun karena pakan untuk tukik yang mahal yaitu udang,  akhirnya sekitar dua bulan merawat tukik, akhirnya tukik tersebut dilepas ke pantai. Naufal lalu mencoba memelihara ular tanpa sepengetahuan orang tua. Namun pada akhirnya orang tua Naufal mengizinkan untuk memelihara ular tersebut. “Kenapa suka memelihara ular dan tarantula, karena simpel dalam mengurusnya. Mereka juga makannya tidak setiap hari, seperti mamalia yang mana harus diberi makan setiap hari. Gak bikin cape cuma dua minggu sekali dikasih makannya,” jelasnya bersemangat.

Beberapa hewan peliharaan Naufal. (Dokumentasi pribadi Naufal Mohamad Rizki)

Sebenarnya Naufal berminat kuliah di jurusan kedokteran hewan, perikanan ataupun peternakan. Namun, tidak diperbolehkan oleh orang tua. “Buat apa kuliah di sana ceunah? Kan nanti bisa usaha sampingan kalau udah punya uang.” tutur orang tua Naufal. Karena tidak disetujui oleh orang tua, Naufal memilih kuliah jurusan geologi. Naufal juga berkata, nanti jika mulai berwirausaha ia berniat untuk budidaya lobster air tawar.

“Intinya sebelum memelihara hewan, kita harus baca-baca dulu mengenai karakteristik hewan seperti apa, makanannya apa, penyakit apa, dan cara pengobatannya. Kita harus prepare sebelum punya hewannya. Karena kalau udah punya, tapi kita gak punya kandang atau lain sebagainya, jadi bingung sebenarnya mau ngasih makan apa, cuma hanya pengen beli doang. Kan kasihan, nanti hewannya bisa mati,” ungkapnya.

Dari semua hewan yang Naufal pelihara, yang paling ia suka adalah love bird dan sugar glider (sejenis tupai terbang). Naufal memelihara love bird, 20 ekor cupang, 9 ekor tarantula dan gecko di kosannya. Gecko merupakan sejenis tokek yang hidup di padang pasir atau seperti film kartun Oscar Oasis. Yang mana, gecko tersebut tidak berbunyi seperti tokek rumahan dan juga tidak bisa menempel di tembok atau dinding. Namun, karena perkembangan gecko sudah banyak di Indonesia, memeliharanya menjadi tidak begitu sulit. Seperti kandangnya yang hanya dialasi dengan koran dan ada juga memakai pasir dolomit. Selain itu pasir dolomit juga digunakan untuk menambah kalsium gecko.

Banyak sekali tantangan yang dihadapi Naufal.  Naufal harus merawat hewan-hewannya dari bayi atau ketika mereka kecil.“Kita harus menjadi ibu bagi mereka. Dimulai dengan memberikan makan ke mereka setiap hari melalui tangan kita sendiri, sehingga mereka tau bau dari tangan kita dan mengajak mereka berinteraksi. Hal itu dilakukan agar hewan-hewan tersebut jinak dan tidak menyerang kita.” tutur Naufal  Ia sangat senang dengan melakukan hal tersebut dan menjadi hobi baginya. “Kalau pulang, rasanya senang aja, pulang sekolah ada teman.” katanya.

Ada juga hewan yang tidak menakutkan bagi Naufal, namun menakutkan bagi orang lain, misalnya ular. “Waktu itu, ular Naufal dibawa ke rumah dan Naufal lagi di Bandung. Ternyata ular lepas. Hari itu juga Naufal disuruh pulang, buat cari ular tersebut. Akhirnya Alhamdulillah ular itu ketemu, di belakang lemari kaca. Mungkin kurang rapat nutup kandangnya. Terus, waktu itu hujan juga, jadi kalau ular keluar kandang itu pasti mencari tempat yang hangat. Sebenarnya sih udah tau, kalau ular lepas pasti cari tempat yang hangat. Orang-orang di rumah juga udah mencari tapi tidak ketemu dan takut juga sama ular sehingga pindah ke rumah saudara. Yang ditakutkan sebenarnya ularnya ke rumah tetangga, terus dimatikan, padahalkan ularnya jinak.” jelas Naufal.

Di balik tantangan juga ada pengalaman yang menyedihkan bagi Naufal. Seperti ketika merpatinya dipotong habis buat dimakan akibat adanya isu flu burung, kelinci nya yang banyak dikasih ke bibi Naufal karena harga pakan yang mahal. Tapi ketika Naufal mau melihat kelincinya lagi di rumah bibinya, ternyata kelincinya sudah habis dimakan anjing, di situ Naufal merasa sangat sedih. Ada juga ular. Naufal berniat saat wisuda mau foto dengan ular-ularnya, namun tidak terwujud, karena dalam Islam tidak boleh memelihara ular. “Sebenarnya saran dari ustaz atau guru sih ular tersebut dibunuh, dan ularnya juga tidak boleh dijual, karena hasil uangnya haram. Cuma Naufal tanya lagi, selain dibunuh boleh tidak dikasih ke kebun binatang, terus kata ustadz boleh. Daripada Naufal bunuh tidak tega ya, makanya Naufal kasih aja ke kebun binatang.“ ungkap Naufal.

Salah satu ular Naufal yang akhirnya disumbangkan ke kebun binatang.(Dokumentasi pribadi/ Naufal Mohamad Rizki)

“Mereka (hewan) gak pernah membenci kita, kita yang harusnya bisa lebih baik dari mereka, jangan pernah merusak  apalagi membunuh di habitat aslinya,” tutupnya.

 

(Rahma Yesa/Geocentric)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *