#WadasMelawan tengah menjadi trending di kolom pencarian dan media sosial, terutama Twitter. Tagar tersebut muncul sebagai bentuk perhatian masyarakat mengenai isu penolakan warga terhadap rencana pembangunan tambang Batu Andesit (quarry) di Desa Wadas, Purworejo, Jawa Tengah. Adapun pembukaan aktivitas tambang seluas 114 hektar di wilayah Bukit Wadas ditujukan untuk memenuhi kebutuhan material pembangunan Waduk Bener. Calon waduk tertinggi di Indonesia ini merupakan program pemerintah pusat yang kedepannya akan difungsikan sebagai penyedia air baku ke 10 desa sekitar Purworejo, PLTA, hingga mengurangi debit banjir. Peristiwa ini menghasilkan pro kontra dari berbagai pihak. Fokusnya bercabang, mulai dari aspek HAM, lingkungan, hingga politik.
Dari aspek geologi, Batu Andesit merupakan salah satu batuan beku intermediet yang paling sering digunakan sebagai material di berbagai industri. Keberadaan Batuan Andesit di Daerah Purworejo tersebar secara luas di sekitar Perbukitan Menoreh yang memiliki morfologi perbukitan lava dan bukit intrusi. Perbukitan Menoreh terbentuk dari aktivitas vulkanisme berumur tersier yang menghasilkan Lava Andesitit basaltik. Ketika terjadi pembekuan lava, terbentuklah batuan andesit berjenis medium strength rock. Aspek ini yang membuat wilayah Desa Wadas cocok dijadikan pusat penambangan.
Desa Wadas yang terbentang lebih dari 450 hektar ini memiliki area hutan yang dinamakan Alas Wadas dengan 27 titik mata air yang menunjang kehidupan masyarakat. Selama ini tak pernah ada masalah terkait kebutuhan pokok, air konsumsi, maupun pengairan kebun dan sawah. Dengan kondisi ideal tersebut, pembangunan quarry yang terintegrasi dengan Waduk Bener dianggap kurang adil, bahkan mengorbankan warga dan lingkungan. Keberatan warga sebetulnya telah disampaikan sejak 2016 ketika pengeboran dilakukan di sekitar area bakal tambang. Kini, ketika pembangunan kembali digalakkan, protes dari warga yang tergabung dalam Gerakan Peduli Alam Desa Wadas (GEMPADEWA) kembali gencar dilakukan.
Spanduk Penolakan di Desa Wadas (Twitter/@4mare_guzel)
Penolakan disampaikan melalui spanduk-spanduk yang tersebar di sekitar desa, surat penolakkan terhadap pemerintah, kegiatan mujadalah, hingga mengerahkan protes massa. Gesekkan terjadi semenjak dilakukan kegiatan pengukuran dan penghitungan tanaman tumbuh yang turut serta membawa sekitar 250 petugas gabungan sebagai upaya perlindungan bagi petugas BPN dan Dinas Pertanian. Petugas gabungan yang terdiri atas TNI, Polri, hingga Satpol senantiasa bersiaga di beberapa titik. Jumlah yang terhitung banyak apabila dikaitkan dengan tugasnya yang hanya memberikan pendampingan. Keadaan memanas saat terjadi penangkapan terhadap warga yang dianggap pemicu bentrokan.
Petugas Gabungan di Sekitar Desa Wadas (Twitter/@GreenpeaceID)
Mahfud MD, dalam keterangan persnya pada Rabu, 9 Februari 2022 menyatakan bahwa keadaan Desa Wadas sudah kembali kondusif. Kegaduhan yang terjadi sebelumnya berdasarkan keterangan dari Menko Polhukan itu disebabkan oleh elemen masyarakat yang terbagi menjadi kubu pro dan kontra. Dalam kesempatan itu pula, ia menyatakan dengan tegas bahwa pembangunan tambang dan waduk akan diteruskan karena sudah memenuhi seluruh persyaratan, termasuk AMDAL dan adanya surat gubernur. Namun, hingga kini masih belum ada kejelasan mengenai persetujuan resmi dari seluruh warga yang terdampak pembangunan. Tagar #WadasMelawan di media sosial pun masih ramai menunjukkan situasi pro dan kontra dari pelbagai diskursus.
Adapun penolakan warga berkaitan dengan dampak lingkungan dari aktivitas tambang. Pembukaan lahan tambang akan berpotensi menimbulkan hilangnya mata air alami, penurunan kualitas air, peningkatan kadar polusi, degradasi lahan, hingga pencemaran tanah yang berimbas pada mata pencaharian warga. Kurangnya sosialisasi dari pemerintah serta jaminan kondisi lingkungan masih belum didapatkan warga sehingga memicu protes, belum lagi urgensi pembangunan Waduk Bener yang masih dipertanyakan.
(Amelia Siti Nurfarisyi/Geocentric)
Sumber:
Afriano, B. A., & Budiyanto, E. (2021). Dampak Pertambangan Batu Andesit dan Urugan (Studi Kasus di Desa Tiron Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri). Vol 2 No 2 (2021): Jurnal Swara Bhumi.
Ferisa, D., & Chamid, C. (n.d.). Identifikasi Pengaruh Aktivitas Pertambangan Batu Andesit terhadap Lingkungan di Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta. Universitas Islam Bandung RepositoryIdentifikasi Pengaruh Aktivitas Pertambangan Batu Andesit.